BUDAYA MUDIK

Mudik berasal dari kata ‘udik’ yang dalam KBBI didefinisikan sebagai sungai yg sebelah atas (arah dekat sumber); (daerah) di hulu sungai. Karena biasanya daerah hulu sungai itu berada di atas pegunungan dan biasanya pemukiman di sekitarnya berupa pedesaan, maka kemudian secara lebih luas lagi ‘udik’ dimaknai menjadi desa; dusun; kampung (lawan kota). Dari akar kata ‘udik’ inilah KBBI mendefinisikan ‘mudik’ menjadi (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman) atau lebih luasnya dimaknai pulang ke kampung halaman.


Mudik saat Hari Raya Idul Fitri berawal dari keinginan para perantau-orang yang pergi jauh meninggalkan kampung halamannya untuk mencari nafkah dan penghidupan yang lebih baik-untuk bisa berkumpul kembali dengan keluarganya.Setelah setahun lamanya mereka bekerja dan mengumpulkan uang sampai rela meninggalkan keluarga, teman, dan kampung halamannya. 


Tradisi  Mudik dikaitkan dengan Lebaran.Tradisi  mudik yang selalu dikaitkan dengan lebaran, terjadi awal pertengahan dasawarsa 1970-an, ketika Jakarta tampil sebagai  salah satu  kota besar  di Indonesia yang mengalami kemajuan luar biasa. Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sodikin (1966-1977),  berhasil disulap menjadi kota Metropolitan. Bagi penduduk kota-kota lain, terutama orang-orang udik, Jakarta menjelma menjadi  kota impian, Jakarta menjadi tempat penampungan orang-orang udik yang di kampung tidak beruntung dan di Jakarta seolah-olah akan kaya. Lebih dari 80% para urbans ini datang ke Jakarta hanya untuk mencari pekerjaan. Di Jakarta eksistensi mereka tenggelam, sementara legitimasi sosial atas keberadaan mereka juga tak kunjung datang. Itulah sebabnya 
kehadiran mereka di Jakarta akan dapat memenuhi harapan hidupnya.

Itulah awal mula pulang kampung atau mudik menjadi tradisi yang seolah-olah mempunyai akar budaya. Jadi sesungguhnya,  tradisi mudik lebih disebabkan oleh problem sosial dan sama sekali tidak didasarkan oleh akar budaya.   Sebagian besar para pemudik itu adalah kelompok masyarakat menengah ke bawah yang ingin menunjukkan kepada masyarakat udiknya seolah-olah di Jakarta mereka telah mencapai sukses.


Saran saya, sudah saatnya pemerintah membuat aturan jelas soal mudik lebaran ini. Tiap tahun kan masalahnya sama, mengapa tidak bisa ditemukan solusinya. Aturannya ditegaskan, alat transportasi publik ditingkatkan jumlah dan kualitasnya, pengendara motor yang melebihi kapasitasnya ditertibkan (bila perlu ditilang gak boleh mudik sampai satu motor hanya untuk 2-3 orang), jumlah mobil pribadi dibatasi (satu keluarga hanya satu mobil, lebih baik kalau dua keluarga satu mobil), dan berbagai solusi lainnya.Pemerintah telah menyiapkan sejumlah titik berat wilayah pengendalian terpadu secara nasional sekaligus sebagai upaya menyempurnakan penyelenggaraan angkutan lebaran tahun 2012. “Titik berat tersebut meliputi angkutan jalan pada 12 provinsi yang terdiri atas 44 terminal termasuk 33 terminal utama dan bantuan, angkutan kereta api pada 9 daop dan 3 divre, angkutan sungai danau penyebrangan pada 7 lintasan utama, angkutan laut pada 52 pelabuhan, dan angkutan udara pada 24 bandara”, kata Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Suroyo Alimoeso.


Jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor selama masa angkutan lebaran 2012 diprediksi meningkat 6,16 persen atau sebanyak 2.514.634 kendaraan, meningkat dari jumlah tahun 2011 sebanyak 2.368.720 kendaraan. Sedangkan untuk jumlah mobil pribadi diprediksi meningkat 5,6 persen sebesar 1.605.299 kendaraan, meningkat dari jumlah mobil pribadi yang mudik tahun 2011 sebesar 1.520.150 kendaraan.Untuk mengantisipasi gangguan kelancaran lalu lintas selama angkutan lebaran di jalur mudik dan balik, Kementerian Perhubungan telah berkoordinasi dengan pihak-pihak yang tekait, seperti : Kementerian Dalam Negeri, Pemerintah Daerah dan Kepolisian.Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk mudik, terutama bagi pengendara sepeda motor ataupun kendaraan mobil. Berikut ini persiapan yang harus dilakukan :
  1. Periksalah kondisi fisik kendaraan anda, baik itu motor maupun mobil
  2. Bagi pengendara sepeda motor, gunakan celana panjang (diutamakan celana jeans), gunakan jaket yang berwarna terang, gunakan sepatu yang aman dan tidak membatasi gerak anda, menggunakan sarung tangan dan masker serta membawa jas hujan.
  3. Jangan lupa siapkan obat-obatan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan membawa perkakas motor.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pengantar Sidang Kabinet Paripurna tentang Persiapan Lebaran 1433 H, mengatakan : “Meskipun mudik lebaran berlangsung setiap tahun dan memiliki pengalaman lengkap dalam mengamankan dan melayani pemudik, akan tetapi tidak boleh menganggap sebagai kegiatan rutin. Selain  itu, Presiden mengajak segenap jajaran pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugas yang mulia ini, untuk membantu dan melayani saudara-saudara kita  yang akan melakukan mudik lebaran tahun ini. Semoga mudik lebaran menjadikan ibadah.


Bagi kebanyakan orang tradisi mudik lebaran mengandung berbagai makna, baik dari segi ritual agama tentang sholat Ied dan silaturahmi dengan sanak keluarga dan kerabat lainnya di kampung halaman maupun tradisi budaya serta sosialisasi dan interaksi sosial lainnya.Di lain fihak melalui tradisi mudik lebaran juga berkesempatan dipakai untuk unjuk kebolehan perjuangan hidup seseorang di perantauan, menunjukkan keberhasilan status sosialnya kepada sanak saudara, kerabat, sahabat dan para tetangga lainnya. Antara lain membawa oleh-oleh dari kota berbagai jenis kue, roti dan makanan model perkotaan, bahkan tidak jarang membawa seperangkat peralatan hiburan elektronik, pesawat radio, tape recorder, televisi, vcd player dan bukan tidak mungkin jenis perangkat elektronik lain, semisal handphone, bahkan komputer jinjing atau laptop.

Perangkat elektronik yang disebut terakhir merupakan mode mutakhir menyambut era dunia internet yang telah merambah memasuki kehidupan masa kini. Apalagi dengan hadirnya fasilitas hotspot yang juga mudah diakses di beberapa tempat, semisal di pusat-pusat perbelanjaan modern seperti mal, supermarket, café maupun restoran tertentu di beberapa daerah.Masih dalam rangka unjuk kebolehan keberhasilan, tidak lupa berbagi rejeki dengan membagi-bagikan uang terutama uang baru yang betul-betul terbaru edisi emisinya maupun bentuk fisiknya. Lebih dari itu unjuk kebolehan terkadang juga ditunjukkan dengan membawa kendaraan terbaru yang dimiliki meskipun mungkin belum lunas kreditnya dan tidak jarang ditempuh dengan menyewa mobil yang memang bisnis itu marak di seputar hari lebaran. Tidak menutup kemungkinan juga seseorang membawa mobil dinas plat merah untuk menunjukkan keberhasilan dan prestisenya sebagai pejabat atau pegawai atau aparatur negara Unjuk kebolehan juga ditunjukkan dengan membawa kerabat atau sanak keluarga ketika balik ke ibu kota atau kota-kota besar lainnya tempat mengadu untung mencari nafkah kehidupan selama ini.

Fenomena semacam ini terkadang menimbulkan masalah tersendiri disamping masalah utama transportasi termasuk kecelakaan lalulintas yang tak terhindarkan mewarnai arus mudik dan balik pasca tradisi berlebaran di daerah. Masalah urbanisasi, kependudukan, angka pengangguran dan masalah sosial lainnya, termasuk bertambahnya tingkat tindak pidana kriminal seperti penipuan, pembiusan, pencopetan dan penodongan.Selain itu tradisi mudik lebaran, disadari atau tidak merupakan kegiatan pertumbuhan ekonomi yang tidak boleh dilihat dengan sebelah mata. Berapa milyar rupiah perputaran uang tunai selama itu, berapa lagi dalam bentuk barang dan jasa. Atau mungkin justru sebaliknya, tradisi mudik lebaran memicu tingkat inflasi semakin tinggi dengan ditandai meningkatnya harga sembako atau kebutuhan pokok dan jasa terutama berkaitan dengan transportasi.

Apapun bentuknya, tradisi mudik lebaran merupakan sebagian warisan turun temurun budaya bangsa yang akan tetap lestari sepanjang masa seiring dengan sebagian kebutuhan hidup manusia berupa interaksi sosial, sosialisasi dan budaya itu sendiri. Lebih dari itu merupakan perpaduan yang tak ada duanya dengan ritual agama yang dianut oleh sebagian besar anak bangsa. Sungguh suatu momentum yang luar biasa seandainya juga dipakai sebagai upaya memupuk rasa kesetia kawanan sosial dan saling menghormati atau solidaritas antar umat seagama yang berbeda aliran bahkan antar agama berlainan yang konon terkesan semakin rapuh, antara lain terlihat dengan maraknya aksi terorisme yang konon juga berdalih membela sesama umat beragama.

Makna Positif Mudik Dari esensi mudik tersebut dapat dirumuskan setidaknya 4 (empat) Makna Positif yang bisa kita peroleh dari Budaya Mudik di Indonesia, yaitu :

1. Budaya mudik merupakan suatu bentuk bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya, bentuk nyata birrul walidain seorang anak kepada orang tuanya. Seorang anak rela melakukan perjalanan yang jauh, lama, melelahkan, dan menguras isi dompet hanya demi menjenguk kedua orang tuanya lalu bersimpuh, sungkem, mencium kedua tangan bahkan kakinya untuk memohon maaf atas segala kesalahan. Para pemudik itu rela berdesak-desakan dengan ribuan orang hanya agar bisa memandang, menyentuh, dan berbicara langsung kepada orang tuanya, mengharap maaf, ridho, dan restu dari orang tua tercinta. Tak jarang mereka membawa bermacam-macam oleh-oleh untuk menyenangkan hati orang tuanya. Orang tua mana yang tak bangga dan bahagia melihat anaknya pulang setelah beberapa waktu mencari nafkah di tanah orang.Membuat orang tua bangga dan bahagia inilah bentuk birrul walidain yang paling mudah dilakukan disamping mendoakan.

2. Mudik juga menunjukkan bahwa bagaimanapun juga yang namanya hubungan keluarga itu tidak akan pernah putus. Hubungan teman boleh saja berakhir. Hubungan dengan pacar bisa saja berakhir putus dan galau. Tapi hubungan keluarga apalagi saudara kandung tak akan pernah bisa berakhir. Walaupun sang anak di Sabang dan sang ibu di Merauke, tetap saja hubungan diantaranya adalah ibu dan anak. Meski si Sulung di Pulau Miangas dan si Bungsu di Pulau Rote, tetap saja hubungan mereka adalah kakak beradik. Nah, mudik inilah momen yang kembali mengingatkan kita bahwa terpisah sejauh apapun yang namanya hubungan keluarga akan terus dibawa, bahkan sampai mati.

3. Kebo mulih ing kandang. Paribasan (peribahasa) Jawa menjadi makna selanjutnya dari mudik. Bahwasannya mudik adalah momen yang mengingatkan bahwa kita tidak boleh lupa akan asal-usul kita. Sekaya apapun, sesukses apapun, sepandai apapun, sehebat apapun, sekeren apapun, segaul apapun, kita pada akhirnya akan kembali ke tempat kita dilahirkan dengan jalan mudik itu tadi. Sekaligus juga mengingatkan bahwasannya kita diciptakan oleh Tuhan, maka pada akhirnya kitapun akan kembali pada-Nya. Sejauh apapun kita pergi, tetap kita harus dan wajib mengingat asal-usul kita supaya kita tidak sombong.

4. Makna positif mudik yang terakhir adalah bahwa dengan mudik, tanpa disadari sebenarnya kita menyatukan kebhinekaan sosial, budaya, adat dan istiadat. Si A datang dari Medan, Mas B datang dari Makasar, Tante C datang dari Bali, Pakdhe D datang dari Jakarta, Dik E datang dari Manokwari semuanya lebur menjadi satu di kampung halaman ketika mudik lebaran. Saling berbagi kisah dan pengalaman dari daerah rantaunya masing-masing. Saling mencicipi oleh-oleh khas dari daerah rantaunya masing- masing.Di situlah sebenarnya Indonesia yang dicita-citakan oleh Mahapatih Gajah Mada : bhineka tunggal ika.
Pergeseran Esensi dan Makna Mudik Apa nilai yang tak bergeser ? Semua nilai pasti bergeser. Nilai budaya, nilai moral, nilai kesopanan, bahkan nilai UAN saja bisa bergeser dari yang tadinya standar kelulusan minimal 4,5 sekarang sudah jadi 6,5 atau mungkin lama-lama jadi 10.Begitu pula Makna dan Esensi dari Mudik juga lama-lama bergeser dari yang bertujuan positif menjadi ada kesan negatifnya. Yang paling tampak jelas yaitu mudik bukan lagi dijadikan ajang saling silaturahmi dan lebur jadi satu tetapi justru dijadikan ajang pamer kesuksesan, berlomba-lomba menunjukkan pencapaiannya selama berada di perantauan.

Jadi, istilah mudik sebenarnya tidak hanya diperuntukkan untuk pulang ke daerah asal/ kelahiran saat lebaran, tetapi digunakan di semua aktivitas perjalanan pulang menuju ke kampung halaman.Maka, momen mudik lebaran ini digunakan sebagai ajang pelepas rindu akan kampung halaman, ajang silaturahmi ke anak keluarga yang jarang sekali ditemui karena saling berjauhan tempat kerjanya, ajang menjalin kembali keakraban yang mungkin sudah mulai pudar karena selama setahun masing-masing orang sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri. Disitulah esensi dari mudik, yaitu pelepas rindu, penguat jalinan silaturahmi, dan sebagai lem perekat keakraban antar saudara, sahabat, atau teman.

Pada umumnya masyarakat Indonesia menjelang Lebaran atau Idul Fitri, rutin pulang ke kampung halaman alias mudik. Mereka tak peduli betapa pun kesulitan yang dihadapinya untuk mudik lebaran. Seperti : berdesak-desakkan di kareta, berjubel di bis, dan kemacetan panjang di perjalanan. Begitu juga kalau memakai sepeda motor dengan resiko kepanasan dan kehujanan. Semua itu dilakukan dalam rangka merayakan hari Lebaran di kampung halaman, sekaligus untuk ajang silaturahmi bersama sanak-keluarga.

Mudik sudah menjadi  tradisi dikala lebaran. Jutaan masyarakat Indonesia yang merantau berbondong-bondong pulang kampung.  Mudik atau pulang kampung adalah hal yang dinantikan dan sekaligus merupakan salah satu kebahagiaan tersendiri, karena mereka senantiasa rindu untuk pulang ke asal muasal  yaitu kampung halaman serta kangen akan kasih sayang dan belaian kasih kedua orang tua tercinta.
Semangat  Lebaran Bukan sekedar  budaya masyarakat  Indonesia,  tapi sudah menjadi bagian dari tradisi atau  sebuah peradaban kaum muslimin di Indonesia dan negara asia lainnya, serta sudah menjadi gaya hidup modern  orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan, yang berasal dari daerah lain,  yaitu mudik lebaran di kampung, bagian dari  semangat “Menyambut Hari Raya Idul Fitri”.Saling mengunjungi antar kerabat, antar tetangga dan teman, adalah bagian dari  aktivitas yang rutin dilakukan ketika lebaran. Dengan aktivitas ini, anggota keluarga dan kerabat  saling bertemu,  bahkan berkumpul di satu tempat. Para tetangga pun saling berjumpa satu sama lain, juga dengan teman-teman yang dikenal. Berangkat dari semua ini, momentum lebaran tentunya menjadi kesempatan dan kebahagiaan tersendiri bagi kita semua.

Lebaran adalah momentum yang tepat untuk itu, sebab pada hari lebaran ada dimensi keagamaan, ada legitimasi seolah-olah lebaran adalah waktu yang tepat untuk berziarah. Mudik  ke kampung halaman adalah kamuflase dari semangat memperoleh legitimasi sosial dan menunjukkan eksistensinya.Sesungguhnya mudik lebaran di Indonesia tidak punya akar tradisi budaya, melainkan lebih disebabkan oleh problem sosial akibat sistem pemerintahan yang sentralistik dan Jakarta sebagai pusat segala-galanya pada waktu itu. Mengingat para pemudik sebagian besar adalah mereka yang belum dapat tinggal dan hidup mapan di Jakarta, maka mudik lebaran menjadi momentum penting bagi mereka untuk melegitimasi keberadaannya di Ibukota, menurutnya  mereka telah mencapai sukses secara materi maupun sosial. 

Terlepas dari latarbelakang munculnya tradisi mudik itu, masalah yang ditimbulkannya dari tahun ke tahun menjelang dan sesudah lebaran selalu sama.
Mudik sudah menjadi aktivitas rutin masyarakat Indonesia setiap tahunnya, biasanya dilaksanakan saat akhir Ramadhan hingga Idul Fitri. Mudik selalu menghadirkan cerita yang seru dan menarik, bahkan setiap stasiun televisi berlomba-lomba menyajikan informasi terkini seputar aktivitas mudik ini, mulai dari titik-titik rawan kemacetan, informasi mudik dari berbagai jenis transportasi (darat, laut, dan udara), informasi kecelakaan, besarnya jumlah pemudik, hingga tips agar mudik dapat berjalan secara aman dan selamat sampai tujuan.Salah satu yang sering menjadi perhatian dan mendapat ulasan lebih adalah tingkat kemacetan yang ditimbulkan oleh arus mudik lebaran ini, baik yang menuju kampung halaman maupun arus kembali menuju tempat mereka tinggal atau bekerja. 

Kemacetan ini semakin tahun semakin hebat, jumlah kendaraan pribadi yang semakin banyak dengan lebar jalan yang masih itu-itu saja, mengakibatkan kemacetan adalah paket yang harus dinikmati oleh setiap pemudik. Ironisnya, pemerintah kita seperti tidak punya solusi memadai menyangkut kemacetan setiap mudik ini, padahal mudik sudah menjadi agenda tahunan dan setiap tahun masalahnya itu-itu saja, yaitu kemacetan saat mudik.Selain pemerintah, kita juga harus mengkritisi budaya mudik masyarakat yang semakin tidak terkendali. Bukan lagi rahasia umum, bahwa mudik selain memiliki tujuan mulia untuk bersilaturahim dengan sanak keluarga, juga menjadi ajang “pamer” bagi sebagian pemudik. Pertemuan setahun sekali bisa dimanfaatkan untuk memperlihatkan sudah sejauh mana kenaikan taraf hidup seseoarang, dibuktikan dengan kendaraan yang mereka kendarai. Lihatlah jumlah mobil yang lalu lalang dihadapan Anda selama mudik lebaran, semakin tahun semakin banyak dan itu semakin membuat macet karena ruas jalan dari tahun ke tahun tidak mengalami perkembangan yang berarti.

Lihat pula pengendara motor saat mudik. Lihatlah berbagai tangkapan kamera yang memantau arus mudik, pengendara motor semakin tahun juga semakin banyak dan semakin horor cara mereka memanfaatkan motor sebagai alat transportasi mudik. Ada satu motor yang harusnya berkapasitas dua orang, digunakan untuk 4 orang dengan posisi duduk yang sangat berbahaya. Mereka berkendara motor dengan jarak tempuh yang jauh, waktu istirahat yang terbatas, dan posisi duduk yang tidak nyaman. Wajar kemudian kabar kecelakaan pengendara sepeda motor selama mudik ini termasuk yang paling tinggi menghiasi berita di layar televisi kita.
Persiapan Pemerintah bagi Pemudik
Mudik merupakan bentuk sinergi antara ajaran agama dengan budaya atau tradisi masyarakat Indonesia.

Sebagai sebuah tradisi mudik telah mengakar secara kuat. Sementara dalam pandangan agama berbagai tradisi dalam mudik diyakini memiliki landasan. Dengan demikian makna mudik sebenarnya tak hanya sebagai kebiasaan pulang kampung melainkan erat kaitannya dengan berbagai sifat dan dimensi kehidupan manusia.
Secara kultural mudik memang sebuah warisan atau bahkan keharusan. Tapi secara moral dan spiritual mudik juga menjadi wujud bakti anak kepada orang tua.
Kebiasaan sungkeman, meminta maaf hingga berziarah mendoakan anggota keluarga yang telah tiada menunjukkan jika mudik bukan hanya perjalanan fisik namun juga rohani. Sungkeman atau cium tangan orang tua bukan hanya bentuk kontak fisik melainkan memiliki makna secara spiritual karena orang tua dapat dianggap sebagai perantara bagi seorang anak dalam mengenal Tuhan. Pada akhirnya Ikatan batin dengan orang tua serta kewajiban mendoakan anggota keluarga seperti ini turut melestarikan melestarikan tradisi mudik.

Mudik juga mengukuhkan sifat manusia sebagai makhluk sosial.
Silaturahmi yang terjalin selama mudik merupakan interaksi manis antara seorang manusia dengan sesamanya. Melalui silaturahmi kita diingatkan kembali bahwa seorang manusia tak akan bisa mempertahankan hidup dan kehidupannya tanpa bantuan dan interaksi dengan sesamanya. Pada akhirnya silaturahmi sebagai bagian dari mudik menjadi sarana yang sangat humanis dan interaktif untuk membangun toleransi karena mudik dan silaturahmi juga dijalankan dan dijalin oleh banyak masyarakat dari berbagai latar perbedaan termasuk agama.
Secara psikologi mudik mencerminkan sifat manusia yang perindu.

Mereka yang mudik adalah jiwa-jiwa yang rindu sekaligus lelah. Kerasnya kehidupan di kota dengan segela rutinitas yang membuat penat membuat orang merindukan kembali kehidupan masa kecilnya yang indah dengan suasana pedesaan yan asri. Dengan demikian mudik tak hanya pulang kampung untuk merayakan lebaran namun juga menjadi sarana nostalgia sekaligus pengobat jiwa-jiwa yang lelah.
Dalam dimensi sosial mudik juga menjadi saran untuk berbagi dan tolong menolong.
Bukan hanya karena kewajiban mengeluarkan zakat fitrah menjelang Idul Fitri, namun juga berbagi rezeki dalam beberapa hal lainnya. Tradisi memberikan oleh-oleh dari kota kepada kerabat dan tetangga di kampung. Kebiasaan membagikan selembar uang kertas baru kepada anak-anak. Beberapa orang bahkan kerap memberikan tumpangan kendaraan kepada tetangganya yang hendak mudik menuju daerah yang sama.

Namun tak dipungkiri juga bahwa mudik juga kerap menjadi sebuah euforia dan media unjuk eksistensi diri. Dalam niat mudik seringkali terselip keinginan yang kuat untuk mempertontonkan keberhasilan. Dalam persiapannya pun mudik sudah didahului dengan gaya hidup hedonis dan konsumtif. Hasrat dan keinginan mudik yang tinggi seringkali membuat orang memaksakan diri demi sebuah prestise. Akhirnya mudik justru menghadirkan berbagai masalah besar seperti kemacetan, kecelakaan hingga kejahatan. Mudik juga menyebabkan arus tandingan yang selalu penuh masalah yakni urbanisasi. Tak heran jika banyak pendapat yang menyimpulkan bahwa tradisi mudik di Indonesia telah melahirkan keretakan budaya dan menggeser spirit yang seharusnya dibangun dari Idul Fitri.

Mudik sebaiknya dimaknai sebagai sarana meningkatkan ikatan spiritual antara manusia kepada penciptanya dengan kembali ke fitri (kesucian). Melalui mudik manusia bisa senantiasa bersyukur karena masih dan selalu diberi kenikmatan oleh Sang Pencipta. Kenikmatan atas perjumpaan yang indah dengan Ramadan dan Idul Fitri. Kenikmatan untuk memperoleh rezeki dan kemudian bisa berbagi. Kenikmatan karena bisa hidup di tengah-tengah masyarakat yang hangat dan kehidupan tetangga yang saling menghargai. Serta kenikmatan karena memiliki kesempatan berbakti dan masih  bisa mencium tangan kedua orang tua.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PT.GEARINDO PRAKASA

Penjelasan Gambar Menggunakan Aplikasi Solid Works

Miss world